Jiang Qing - Wanita Dibalik Pembunuhan Ribuan Warga Cina

Pernikahan Jiang Qing dengan Mao, mengubah hidupnya menjadi tokoh politik paling berkuasa di abad kedua puluh. Sebagai anggota Palitbiro Partai Komunis Cina dan anggota kelompok empat (Gang of Four) yang terkenal kejam, ia bertanggung jawab atas pemenjaraan dan pembunuhan banyak seniman dan intelektual Cina yang dianggap musuh Revolusi Kebudayaan

”Aku adalah anjing Ketua Mao. Apa saja yang ia suruh untuk aku gigit, kugigit”   

Biografi Jiang Qing

Nama : Luan Shu-Meng, Jiang Qing, Madame Mao
Masa Hidup : Maret 1914 – 14 Mei 1991
Tempat Lahir : Provinsi Shandong, China
Tempat Wafat : Beijing, Cina
Kebangsaan : Cina
Terkenal Sebagai : Aktris, anggota Palitbiro Cina, anggota Kelompok Empat

Sekilas Perjalan Hidup Jang Qing

Jiang Qing istri Mao Tse Tung
Jiang Qing istri Mao Tse Tung

Jiang Qiang terlahir dengan nama Luan Shu-meng sebagai putri seorang tukang kayu. Ia kemudian hidup dengan kakeknya, dan pada usia yang masih belasan tahun ia mulai belajar drama. Ia kemudian belajar sastra di Universitas Qingdao, dari sinilah ia mulai berkenalan dengan gagasan-gagasan sayap kiri.

Berbekal kamammpuan berakting dan didukung paras yang cantik dimasa mudanya, Jiang meristis karirnya sebagai artis dengan bergabung dengan kelompok teater pada tahun 1929. Selama tahun 1930-an Jiang memkai nama Lan P’ing sebgai nama panggung, ia mulai mendapat berbagai peran dalam film panggung, termasuk sebagai Nora dalam drama A Doll’s House karya Ibsen. Ketika Jepang menyerang Shanghai pada tahun 1937, Jiang melarikan diri  ke ibukota Pemerintahan Nasionalis Cina di masa perang, dan bekerja  di studio Film pusat yang dikontrol pemerintah. Ia kemudian keluar dari wilayah kaum nasionalis dan bergabung dengan kubu komunis yang bermasrkas di Yan’an.

Ia mulai belajar teori Marxis-Leninis secara formal dan menjalani latihan militer di Yan’an. Ia juga bekerja sebgai instruktur drama di Akademi Seni Lu Hsun, disinilah Ia mulai bertemu dengan Mao Tse Tung yang ketika itu sedang berkunjung ke akademi tersebut. Mao yang terpesona dengan kecantikan, karakter dan kepercayaan diri Jiang, ahirnya menceraikan istri keduanya untuk menikahi Jiang Qing, sekalipun kala itu pihak partai tidak setuju. Mao ahirnya di perbolehkan menikahi Jiang dengan syarat istri barunya tidak akan terlibat dalam dunia politik. Selama kurang lebih 30 tahun kiprah publik Jiang hanya sebatas menjamu tamu-tamu asing.

Pada tahun 1959, kepercayaan terhadap pemimpin Mao menurun setelah rencana industrialisasi Cina yang dirancangnya gagal. Kegagalan ini mengakibatkan bencana kelaparan parah yang menewaskan jutaan penduduk Cina. Mao kemudian mulai menyusun rencana kampanye pemerintahannya yang terahir, yakni revolusi kebudayaan yang didukung oleh Jiang dan para pendukung sayap kiri. Ketika Mao mulai berselisih dengan partai, maka Jiang tidak lagi merasa terikat  dengan kewajiban untuk menjauhi politik. Kemudian pada tahun 1960-an, ia mulai membangun peran politiknya sendiri selaku individu, bukan sebgai Madame Mao. Hal ini tercermin dari terpilihnya ia sebagai anggota palitbiro, lembaga yang paling berkuasa di Cina pada masa itu.

Tujuan utama dari Revolusi Kebudayaan adalah “menghancurkan para kapitalis yang berkuasa. Mengkritisi para otoritas borjuis reaksioner dibidang ilmu pengetahuan, mengubah pendidikan, serta merombak kesusastraan dan seni”. Jiang Qing secara giat menyerang segala pengaruh feodal dan borjuis dalam dunia seni dan kesusastraan Cina. Ia dan para tokoh radikal lainnya ingin menjauhkan seni dari segala opsesi terhadap subjek-subjek seperti monarki, percintaan, dan kecantikan. Ia mendorong terciptanya seni-seni baru yang mengusung tema proletariat dan revolusioner. Namun dalam perkembangannya program perubahan ini tidak terbatas pada pengubahan bentuk kesenian saja, melainkan juga menjadi kendaraan untuk menekan, menyiksa, dan membunuh ribuan seniman dan intelektual.

Sebagai salah satu dari sedikit orang yang masih dipercaya Mao, Jiang Qing diangkat sebagai Deputi Pertama Kepala Kepal Revolusi Kebudayaan. Dengan kekuasaan besar yang ia miliki, Jiang menindas berbagai kegiatan kebudayaan, baik yang politis maupun tidak dan menyebarkan terror keseluruh Cina. Ia bahkan memanfaatkan kekuasaannya untuk melakukan balas dendam pribadi kepada musuh-musuh politiknya. Deng Xiaoping Pemimpin senior Cina setelah kematian Mao, adalah salah seorang anggota partai yang secara fisik pernah dianiaya dan sipermalukan oleh Jiang Qing. Ia juga mendorong Tentara Merah dengan pidato-pidato keras yang mengakibatkan kekerasan diseluruh penjuru negeri Cina.

Tentara Merah atas perintah Jiang Qing, secara acak membunuh orang  yang dianggap kontra revolusi. Siapapun yang berlabel intelektual jiwanya terancam, mereka bahkan menghancurkan tempat-tempat ibadah. Seiring dengan menurunya kesehatan Mao, kekuasaan Jiang Qing terus bertambah, sekipun ia dibendung oleh Perdana Mentri Zhou Entai yang lebih moderat.

Kekuasaan Jiang Qing mulai memudar pada akhir 1960-an. Menjelang kematiannya Mao menunjuk Hua Guofeng sebagai penggantinya. Jiang Qing  maupun klompok empat (nama yang diberikan kalangan moderat kepada simpatisan Jiang Qing) yang tidak setuju dengan dipilihnya Hua sebagai pengganti Mao, mencoba melakukan kudeta beberapa minggu sebelum kematian Mao pada September 1976. Namun hal ini mampu dibendung lawan-lawan politik mereka yang berfikir cepat. Poster-poster berisi tuduhan terhadap kelompok empat bermunculan diseantero negeri dan pada bulan Oktober ahirnya mereka ditanggkap.
Mao dan Jiang Qing (1946)
Mao dan Jiang Qing (1946)
Sampai sekarang Jiang Qing masih dibenci karena teror yang disebabkannya di Cina. Kelompok empat dituduh mendorong pemerintahan dan menjebak serta membunuh ribuan orang tidak bersalah. Pengadilan Jiang Qing  yang dramatis disiarkan secara langsung di televisi, Jiang dengan marah menyatakan bahwa dirinya hanya menjalankan perintah Mao, ia bahkan menentang pengadilan yang menjatuhi hukuman mati. Beberapa kali di singkirkan dari kursi terdakwa karena membuat keributan, akhirnya hukuman mati yang dijatuhkan atasnya diubah menjadi penjara seumur hidup.    
        

Kumpulan Fakta Tentang Jiang Qing

  • Selama revolusi kebudayaan, opera tradisional dilarang di Cina. Sebagai gantinya Jiang Qiang ,menciptakan Yang Ban Xi – opera yang  penuh dengan pesan-pesan komunis.
  • Jiang Qing begitu ingin membaca novel Love Story  karya Erich Segal, sehingga ia merekrut penerjemah yang dipekerjakan sebagai peternak selama revolusi kebudayaan
  • Jiang Qing sangat menyukai kemewahan, selama tahun-tahun terahir kekuasaannya. Selama Revolusi Kebudayaan, ia menonton film-film yang dilarang untuk rakyat di sebuah ruang sensor film pribadinya.


Pada tahun 1991 Jiang Qing gantung diri ketika ia dibebaskan untuk menjalani pengobatan kanker tenggorokan yang ia derita. Kematian perempuan yang pernah terkenal di seantero Cina ini nyaris tidak diberitakan Koran Cina. Dalam buku biografinya yang berjudul The White-Boned Demon, Jiang Qing diambarkan sebagai sosok yang penuh amarah, jahat, pendendam, kejam, dan lemah secara emosional, demikianlah tampaknya sejarah Cina mengenalnya. Namun ada pula sepak terjangnya bertolak dari niat yang murni untuk membela sosialisme, Jiang Qing masih memiliki pengagum dikalangan komunis garis keras. Namun bagi kebanyakan orang ia adalah contoh nyata adagium “semua kekuasaan korup, dan kekuasaan mutlak pasti korup”    
loading...

Postingan terkait:

Belum ada tanggapan untuk "Jiang Qing - Wanita Dibalik Pembunuhan Ribuan Warga Cina"

Posting Komentar